JAKARTA — Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bersama Indonesia Ramah Lansia (IRL) dan Universitas Respati Indonesia (Urindo) berkolaborasi dalam mengembangkan Sekolah Lansia di Indonesia.
Sekolah Lansia merupakan pendidikan non formal bagi lanjut usia untuk meningkatkan pengetahuan, sikap, perilaku, dan keterampilan keluarga lansia dalam meningkatkan kualitas hidup dan kehidupan lansia.
Kepala BKKBN Dr. (H.C). dr. Hasto Wardoyo, Sp. OG (K) dalam sambutannya di acara Wisuda Lansia Urindo dan Pre-Launching Buku Gerontologi yang digelar secara hybrid, Kamis (18/08/2022) mengucapkan terima kasih dan sangat mengapresiasi para lansia yang hadir dalam acara tersebut.
"Saya merasa terharu karena di usia yang sudah banyak diatas 60, tapi semangatnya masih tinggi dan itulah yang menjadikan energi positif, yang memberikan inspirasi positif buat kita semua terlebih untuk calon-calon lansia dan kedepannya dapat mengikuti role model para wisudawan/wisudawati yang tadi baru saja diwisuda oleh Ibu Rektor dan Bapak Deputi", kata Hasto dalam sambutannya.
Sekolah Lansia di Indonesia sendiri sudah mulai berkembang, yang semula hanya berada di DIY, Jawa Barat, dan DKI, dan sekarang telah berkembang di Jawa Timur, Sumatera Utara, Kalimantan Selatan, NTT.
Hasto optimis, melalui sekolah ini akan membuat para lansia menjadi lebih produktif sehingga tidak hanya menjadi beban bagi usia produktif, tetapi menjadi pendorong ke generasi di bawahnya yang akan memasuki usia produktif.
Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), terdapat 29,3 juta penduduk lansia di Indonesia pada 2021. Angka ini setara dengan 10,82% dari total penduduk di Indonesia. Jika dilihat dari status ekonomi, mayoritas atau 43,29% penduduk lansia berasal dari rumah tangga dengan kelompok pengeluaran 40 persen terbawah.
"Ketika lansia ini punya perhatian yang bagus terhadap kesehatannya, maka beban kesehatannya tidak akan membebani generasi berikutnya", ujarnya.
Hasto pun berpesan untuk tidak melulu memberikan fokus kepada generasi muda sehingga melupakan generasi lansia.
“Kenapa begitu, karena di tahun 2035 kita sudah akan mengalami kebanjiran usia-usia lansia, maka kemajuan ekonomi dan pertumbuhan ekonomi kita sangat tergantung seberapa beban yang diberikan lansia ke generasi produktif", ungkapnya.
Pada kesempatan yang sama Rektor Urindo Prof. Tri Budi W. Rahardjo juga mengapresiasi BKKBN dalam mendukung kegiatan sekolah lansia tersebut.
“Dari 6000 siswa sekolah lansia yang terdapat di berbagai provinsi, kami mendapat kesempatan untuk wisuda di tempat yang luar biasa ini. Peristiwa ini merupakan peristiwa yang bermartabat dan bersejarah, karena pada tahun 2018 Centre for Family and Ageing Studies ( CeFAS) Universitas Respati Indonesia diresmikan di sini, dan hari ini kita bersama mewisuda sekolah lansia di tempat yang sama,” kata Tri.
Tri juga melaporkan, dalam pre-launching Buku Gerontologi ini membahas pada tataran demografi dan kebijakan. Di buku tersebut ada tiga kelompok, yaitu tataran kebijakan, teori dan pelayanan.
“Dari tiga kelompok ini sudah ada 60 artikel. Kami mohon agar launching juga dilaksanakan di BKKBN setelah semua materi terepenuhi, karena buku ini merupakan buku BKKBN dan Urindo", tuturnya.
Hasto pun menyambut baik atas dilaksanakannya Launching Buku Gentologi yang bisa dijadikan pedoman saat menjadi lansia usia lanjut dan menjadi hal yang sangat penting.
“Karena membutuhkan buku-buku yang praktis yang bisa dibaca untuk literasi masyarakat yang berusia lanjut yang menerima dan meresapi isi buku tersebut", tutur Hasto. (Humas/TWD).
Sumber berita :
SIARAN PERS BKKBN No. 206/M.C/VIII/2022
"Kolaborasi Bersama Mitra, BKKBN Siapkan Lansia Tangguh, Sehat, dan Produktif"